08/05/08

LEBEDINAYA PESNA (Anton Chekov), Komunitas Tombo Ati, Jombang

KOMUNITAS TOMBO ATI JOMBANG mempersembahkan

Pentas Teater LEBEDINAYA PESNA
(NYANYIAN ANGSA - Anton Chekov )

Di Plaza Theater Jombang

Sabtu, 10 Mei 2008
19.00 wib

Diskusi Teater bersama HALIM HD, Networker Kebudayaan, tinggal di Surabaya

Minggu, 11 Mei 2008
10.00 dan 15.00 wib

Produksi
KOMUNITAS TOMBO ATI
Jl. Arief Rahman Hakim 7
Jombang 61411
email:kta_jombang@ yahoo.co. id
http://tomboatijomb ang.multiply. com
http://tomboatijomb ang.wordpress. com

Informasi:
Imam Ghozali 0888 530 44 97.
Teima kasih.




STAF PRODUKSI DAN ARTISTIK

1. Staf Produksi
Pimpinan Produksi : Mas Purwono
Keuangan : Novicha
Tiketing : Afifah
Pemasaran : Firman Hadi Fanani, Tommy, Ferry, Kawan Vikri
Umum : Ubang Balado
Penerima Tamu : Dinda, Devin, Icha, Sasay, Adit, Yoyok
Konsumsi : Elyn Aprilia, Atik
Dokumentasi : Suko Wardoyo



2. Staf Artistik
Sutradara : Imam Ghozali Ar
Penata Busana dan Rias : Irul An
Penata Panggung : Cristian Tripilu
Penata Lampu : Andy Gondrong
Penata Musik : Zaidan Jimbrak
Fotografer : Luhur Dwipangga, Anas, Mukhafi Ahmad
Grafis : Dana Prasetya
Pimpinan Panggung : Nanda Sukmana


Pemain
Vassili Vasslitch : Nanda Sukmana
Nikita Ivanitch : Bakir Ramlan



CHEKHOV DAN LEBEDINAYA PESNA
Oleh Imam Ghozali Ar

01
Sejak tahun 1840-an berkembanglah aliran realisme dalam kesusastraan Rusia, meski bayang-bayang pengaruh romantik masih cukup kuat. Perhatian utama kaum realis adalah masalah-masalah sosial dan politik. Tokoh pertama yang muncul dari aliran ini ialah Ivan Turgenev, novelis, dan dramawan yang dengan baik memahami kondisi masyarakat Rusia saat itu. Karyanya yang penting, Corat-coret Seorang Olahragawan (1852), melukiskan sikap simpatik para petani-budak yang digambarkannya berjiwa lebih mulia daripada para tuan tanah yang kasar dan tamak; Rudin (1856) serta Ayah dan Anak (1862), menggambarkan rasa frustrasi kaum intelektual muda yang menyaksikan keterbelakangan bangsanya namun tak kuasa berbuat banyak karena saat untuk perubahan belum sampai. Selain itu, Turgenev juga gemar mengolah tema-tema percintaan seperti terlihat dalam Asya (1858), Cinta Pertama (1860), dan Sebulan di Desa (1850).

Tokoh kedua, Ivan Goncharov, beraliran politik liberal. Novel terkenalnya, Oblomov (1859), berkisah tentang konflik batin seorang tuan tanah dengan pikir-pikiran liberalnya. Alexander Ostrowsky, seorang penulis drama yang produktif, banyak mengecam kelas menengah bangsanya yang dinilainya tamak, tidak jujur dan ingin berkuasa, terutama para pedagangnya. Karya-karyanya antara lain adalah Kekayaan Bukan Kejahatan (1854), kisah pedagang yang mengawinkan anak gadisnya dengan seorang bajingan kaya, Badai (1860) yang mengisahkan penderitaan seorang istri akibat sikap tirani ibu mertuanya yang kaya.

Puncak realisme terjadi pada tahun 1860 dan 1870an di tangan dua sastrawan besar Rusia, Leo Tolstoy dan Fyodor Dostoyewsky. Tolstoy menulis novel-noveI tebal mengenai tahap kehidupan manusia sejak lahir sampai mati yang menekankan keagungan spiritual manusia. Novel-novelnya antara lain Perang dan Damai (1869), Anna Karenina (1875-1877), Kematian Ivan Ilyits (1886), dan novel-novel biografi serta fabel. Dostoyewsky terkenal karena novel-novelnya menggarap konflik-konflik kejiwaan manusia, seperti tergambar dalam bukunya Kejahatan dan Hukuman (1866), Karamazov Bersaudara (1880), dan berbagai karyarya yang lain.

Pada saat surutnya aliran realisme di Rusia tahun 1890-an akibat kerasnya tsar menekan kaum reformis, kesusastraan Rusia banyak menghasilkan drama dan cerita pendek dari dua tokoh termasyhurnya, Anton Chekhov dan Maxim Gorki.

02
Lengkapnya bernama Anton Pavlovich Chekhov. Di Indonesia lebih dikenal dengan nama Anton Chekhov. Lahir di Taganrog, 29 Januari 1860. Chekhov adalah anak ketiga dari enam bersaudara dari seorang ayah Pavel Yegorovich Chekhov. Kakeknya adalah seorang petani hamba yang pada tahun 1841 harus menebus kebebasannya. Pada tahun 1875, ayahnya kabur secara diam-diam dari Moskwa untuk menghindari “lubang hutang”, yang kemudian disusul oleh anggota keluarganya yang lain. Maka, Chekhov yang masih berusia 15 tahun dan waktu itu bersekolah di gimnasium (semacam sekolah menengah) terpaksa harus hidup sendirian. Selama tiga tahun Chekhov berjuang menyelesaikan pelajaranya sembari menjadi sekolah guru bagi murid-murid yang terbelakang.

Setelah lulus dari gimnastium dan mendapat kartu tanda dewasa, tepatnya tahun 1879, Chekov mengikuti keluarganya ke Moskow dan melanjutkan kuliah di fakultas kedokteran di universitas setempat setelah mendapatkan beasiswa dari dewan kota. Selama di perguruan tinggi, Chekov mulai berkenalan dengan dunia sastra. Pada tahun 1880 cerpennya pertama muncul dengan judul “ Surat Tuan Daerah Don, Stepan Vladimirovich, kepada tetangganya yang terpelajar, Dokter Friedrich ” dan dimuat di majalah Strekoza. Mulai tahun 1882, ia mengirimkan karya-karyanya yang berupa humor, cerita pendek, dan sketsa ke jurnal humor, St. Petersburg Journal untuk membantu perekonomian keluarganya. Pada saat menulis, ia tidak pernah mengklaim atas keunggulan artistik karya-karyanya. Ia menulis sekedar untuk mendapatkan uang karena pada waktu itu ia diharapkan bakal menjadi sandaran keluarga serta menggantikan ayahnya sebagai kepala keluarga sebelum ayahnya meninggal.

Pada periode 1880-an, karya-karya Chekov banyak menertawakan sikap masa bodoh para tuan tanah penghuni padang rumput di daerah Don yang sangat miskin (seperti cerpennya yang pertama kali muncul). Selanjutnya keluar cerita-cerita senada dimana manusia suka mendahulukan yang remeh temeh. Dalam periode ini kadangkala menggempur masalkah kemasyarakatan yang menonjol dan penting seperti yang tertera dalam cerita “Cerita Bandot dan Seorang Nona” dan “Pengakuan”. Chekov juga sangat membenci dengan sistem negara birokrasi dan negara polisi yang menyuburkan korupsi dan praktek penjilatan seperti tampak dalam cerita “Kegembiraan”.

Pada tahun 1884, ia lulus kedokteran dengan gelar tabib dan dokter uyezd (daerah setingkat kabupaten). Teks drama Lebedinaya Pesna ‘Nyanyian Angsa’ ditulis pada tahun 1886 untuk kepentingan pentas studi. Teks lakon ini disadur dari sebuah cerpen ‘Khalkas’ . Pada tahun 1888 ia mulai terkenal sebagai pengarang komik dan menulis teks lakon yang berjudul Lyesshi ‘Setan Kayu’ (1890) yang menjadi dasar dari pembuatan drama Dyadya Vanya ‘Paman Vanya’ (1896). Pada tahun ini pula ia menerbitkan karya pertamanya dalam bentuk cerita panjang, Steppe, di majalah Sewerny Vestnik. Pada tahun 1888 ia menyelesaikan Racckaz Uzhasny ’Cerita yang menyeramkan’, juga meneruskan cerita Ivanov yang disusunnya sejak tahun 1887 dan berhasil menyabet pengharagaan Pushkin pada tahun 1888.

Pada tahun 1890, ia melakukan ekspedisi ke Pulau Shakalin untuk belajar obat-obatan dan menjadi dokter; dia menyelediki dan melaporkan kondisi koloni tempat orang-orang buangan (terhukum) ; dia mengkapalkan ratusan buku untuk perpustakaan dan mendirikan tiga sekolah di desa; dia mengorganisasikan aturan-aturan untuk melindungi dari epidemi dan merawat pasien tanpa serubel pun bayaran yang didapatkannya karena tidak tahan akan kepedihan nasib sesamanya. Di tempat itu ia mewawancarai seluruh penghuni yang terdiri dari narapidana dan orang-orang buangan. Pada tahun 1892 dengan bantuan penerbit koran "Novoye Vremia" A.S. Suvorin, ia melakukan perjalanan ke Venesia, Roma dan Prancis.

Sepulangnya dari luar negeri, ia membeli sebidang perkebunan di Meliokhovo di Distrik Serphukov, tak jauh dari Moscow. Di tempat tersebut ia tinggal bersama ibunya, ayahnya, dan saudara perempuannya, Maria. Di Meliokhovo ia kerap dikunjungi oleh teman-teman ( termasuk Pengarang realis Maxim Gorky dan Ivan Bunin ) dan anggota keluarga lain. Di Distrik Serphukov ia mendirikan sekolah dan mendirikan rumah sakit untuk membantu menanggulangi wabah kolera yang sedang berjangkit saat itu.
Karena aktivitasnya dalam bidang sosial, ia disukai oleh petani dan pegawai badan pertanahan setempat (Zemstvo). Di tengah-tengah kesibukannya dalam bidang sosial ia masih sempat menyelesaikan karya-karya besarnya. Di Meliokhovo, Chekov menghasilkan beberapa cerita pendek seperti Poprigonya ’ Capung’ (1892), Palata no. 6 ‘Kamar No.6’ (1892). Pada tahun 1890-an terlihat bahwa kepengarangan Chekhov telah menunjukkan kematangan.

Pada bulan Maret 1897, penyakit TBCnya semakin parah sampai-sampai mengalami pendarahan lambung. Tanah pertanian di Meliokhovo dijual dan pindah ke Yalta, peristirahatan tanjung Crimean. Ia menikah dengan Olga Kniper (salah satu artis pendukung drama-dramanya) pada tahun 1901. Olga Knipper, tidak membuang karirnya sebagai seorang aktris terkemuka di Moscow Art Theatre (yang didirikan oleh Konstantin Stanislavsky dan Nemirovich-Danchenk o), baik pada saat suaminya hidup maupun setelah kematiannya. Lalu Chekov menulis Tri Syestri ‘Tiga Saudari’ (1901),-- sebuah drama bagus namun tidak begitu banyak dipentaskan. Pada tahun 1904 karya paling monumentalnya, Visnenevhy Sad ‘ Kebun Cherri’, ditulis pada saat akan menemui ajalnya. Chekov wafat di tempat tidur Hotel Baden Weiler Spa, Jerman, pada 1 Juli 1904, pada saat beristirahat dan dimakamkan di Novodevichy Monastery, Rusia, pada tanggal 9 Juli 1904.

03
Sebagai teks lakon, Lebedinaya Pesna menyoal tentang hubungan antara manusia, waktu, dan kegelisahan- kegelisahannya ketika waktu ternyata hanya tinggal sejumlah jejak masa lalu yang menyisakan hari tua dan kesunyian. Di situ tak ada lagi masa depan, kecuali serangkaian peristiwa di belakang yang melahirkan kembali hasrat, kesedihan, obsesi, dan kesadaran pada martabat eksistensi di tengah kesepian dan bayang-bayang keputusasaan.

Dan dalam konteks Vassili Vassilitch sebagai seorang aktor tua, seluruhnya itu mendadak ditemukannya dalam gedung teater yang telah sepi usai pertunjukan. Panggung dan kursi-kursi penonton yang lengang seakan-akan menjebaknya untuk masuk ke dalam kenyataan bahwa banyak peristiwa telah dilewatinya di belakang, yang akhirnya hanya menyisakan kenyataan bahwa ia kini merasa sendirian.

Vassili seakan-akan berkonflik dengan waktu, dengan seluruh kenangan yang mengantarkannya ke dalam pertarungan di dalam dirinya sendiri; antara kekecewaan, kesunyian, dan hasrat menemukan kembali serpihan masa lalunya sebagai aktor untuk lalu seluruhnya itu menjadi semacam keyakinan, bahwa bakat seni dan kegairahannya bisa mengatasi kesepian, penyakit dan hari tua. Tapi toh, pada akhirnya Vassili tetap harus menemukan ujung kenyataan dirinya, bahwa ia hanya seorang aktor tua yang kesepian di atas panggung teater yang telah ditinggalkan penonton.

Kesepian Vassili sebagai lelaki tua -- gedung dan panggung teater seusai pertunjukan telah menjadi sebuah korelasi psikologi ruang yang menarik, yang langsung menyaran pada imajinasi tentang waktu bersama jejak yang ditinggalkannya. Bahkan panggung dan gedung teater yang murung serta sepi di situ seakan-akan menjadi representasi dari Vassili Vassilitch. Dalam tubuh Vassili seluruh kemurungan itu berusaha dilawannya. Perlawanan atas kemurungan serupa ini menjadi semacam upaya untuk mencari kembali pemaknaan hidup dan eksistensi dengan masuk dan luluh ke dalam setiap kenangan. Di sisi lain hal ini bisa dibaca sebagai kehendak untuk tidak menyerah pada realitas waktu.

Sebagai sebuah teks yang dipresentasikan KTA menjadi peristiwa teater, Lebedinaya Pesna, dalam konteks tokoh Vassili Vassilitich, adalah menghadirkan aktor dalam tubuh aktor. Kenyataan ini bisa dimaknai bahwa memerankan Vassili Vassilitch memiliki makna yang bisa ditarik menjadi hubungan biografis. Hubungan biografi antara aktor yang memerankannya dan aktor yang diperankannya yang sekonyong-konyong menyediakan semacam peluang untuk mengeksplorasi wilayah pemeranan.

Pilihan KTA mengusung Lebedinaya Pesna dengan para aktor-aktor lamanya dapat dikatakan sebagai pilihan yang menurut saya: Pas, karena dapat memberikan peluang seluas-luasnya kepada mereka untuk menemukan hubungan biografis antara aktor dan tokoh yang diperankan dan hal tersebut membutuhkan kesetian terhadap keaktoran sebagai kata kerja, bukan semata-mata keinginan untuk melakukan ziarah dan kelangenan.


SARI KISAH LEBEDINAYA PESNA
Ini sebuah kisah tentang aktor tua yang terjebak di ruang waktu.Seorang tua yang pemabuk dan renta. Yang tertidur pulas di ruang rias. Yang saat itu pertunjukan sudah lama berlalu.

Ketika terjaga tiba-tiba hatinya terasa kosong. Masa lalunya, ketika menjadi bintang panggung, mencuat berkelojotan dalam kenangan suka dan duka. Gairah muda dan kekecewaan saling menindih membaur menjadi satu. Dan yang tersisa hanyalah: kesepian bak seekor angsa tua di tengah telaga hutan belantara, yang hanya bisa berteriak, berkeroang, dan menggelepar untuk menyongsong ajal.


HISTORIOGRAFI KOMUNITAS TOMBO ATI
Komunitas Tombo Ati adalah laboratorium seni dan budaya. Sejarah berdirinya tergolong unik, setelah bertahun-tahun berkumpul bersama di antara beberapa orang yang suka seni, tanpa disadari keinginan untuk membangun wadah adalah hal yang musti dilakukan. Suatu ketika mereka menggarap musik sholawat dalam even festival sebagai kepedulian pada kegiatan seni. Dan lagu yang digarap adalah puji-pujian yang biasa disenandungkan di surau-suara, salah satunya adalah lagu Tombo Ati. Berangkat dari sinilah nama Komunitas Tombo Ati lahir, tepatnya 3 Agustus 1996 di kota Jombang.

Didirikan oleh beberapa penggagas yang sebelumnya sudah malang melintang di dunia seni pertunjukan. Sejak 9 tahun yang lalu, komitmen berkesenian Komunitas Tombo Ati bertumpu pada musik dan teater. Hal ini dilakukan untuk memberi ruang bagi anggota dalam berekspresi, baik yang berbackground musik maupun berbackground teater. Dua bulan berdiri, mendapat kepercayaan untuk mewakili Jawa Timur dalam event Festival Teater tingkat nasional di Bandung. Memperoleh penghargaan dan pemerintah RI sebagai penyaji terbaik melalui “Makam Bisu” (Oktober 1996 – stdr. Imam Ghozali AR). Sejak itu, komunitas ini semakin dikenal atas keterlibatannya dalam berbagai event seni budaya.

Dalam reportoar yang digarap (pertunjukan musik maupun teater), Bb Yuke adalah sosok yang mendapat tempat “tersendiri” bagi Komunitas Tombo Ati. Sebagai kelompok yang kental dengan potensi musik, dengan manifestasi pentunjukan ngRuwat (Agustus 1997 – arr. Bb Yuke), Moesik-Moesik (Juli 1999 – arr. Bb Yuke), Nyes (Nopember 1999 – arr. Adi), Orasi Pandu (Agustus 2000 – arr. Adi), Wong Gugat (Juli 2001 – arr. Bb Yuke/kel. musik Gong), Pernikahan Agung I (2003 – arr. Bb Yuke), Nakamitsu (Pebruari 2002 – Bb Yuke/Tt. Gabah), Wabah (April 2003 – Arr. Bb Yuke/Tt. Gabah), Pernikahan Agung II (Juni 2003 – arr. Bb Yuke), dan reportoar musik yang terakhir adalah Musik Loak (Agustus 2004 – arr. Bb Yuke/Tt. Akar), Dispotank (Desember 2007).

Di samping musik Komunitas Tombo Ati juga akrab dengan reportoar teaternya. Tujuh Dosa Mematikan (Agustus 1996 – strd. Irul An), Makam Bisu (Oktober 1996 – stdr. Imam Ghozali AR), Bila (Desember 1997 – stdr. Irul An), Dokter Tiban (Maret 1998, – stdr. Irul An dan 2001 – stdr. Imam Ghozali AR), TUK (Oktober 1998 – stdr. Irul An/Inswiardi) , NOL (Oktober 1999 – stdr. Imam Ghozali AR), Julius Caesar, (2000, 2001, 2002, 2004 – stdr. Irul An) peraih 6 penghargaan dari 7 kategori dalam Festival Teater Jawa Timur di Mojokerto (2000), dipentaskan keliling di Surabaya, Jember, dan Malang (September 2001), serta dipentaskan pada FSS 2004 di Surabaya, Sang Pengacara (Juli 2002 - Fat), Semar Gugat (September 2002 – stdr. Imam Ghozali AR), Ngenteni Pinggir Terop (Pebruari 2005 – stdr. Irul An), dan terakhir menyapa publik seni lewat reportoar San Pek Eng Tay (September 2006—Stdr. Imam Ghozali Ar), Kapai-Kapai (Agustus dan Desember 2006, Stdr. Imam Ghozali Ar)

Selain bermusik dan berteater, Komunitas ini juga menjadi media belajar, kongkow-kongkow, dan diskusi, mewadahi problema anak muda yang senantiasa gelisah. Berbekal kepedulian terhadap kemajuan seni dan budaya, Komunitas Tombo Ati yang bersanggar di sebuah sekolah dasar tepatnya SDN Jombatan V Jombang. Jalan Arif Rahman Hakim No 7, senantiasa membuka tangan untuk terwujudnya impian untuk sebuah masa depan yang lebih baik. Kontak : Bapak Imam Ghozali AR ,Hp 0888 53 04 497.









BIOGRAFI SUTRADARA

IMAM GHOZALI AR. Lahir di Jombang, 28 April 1965. Malang melintang di jagad perteateran sejak tahun 1982. Beberapa karyanya telah mendapat penghargaan, baik di tingkat regional maupun nasional. Beberapa reportoar yang pernah ditulis, meliputi : JKLA ( 1988), JKSA (1989), Rayap Rayap (1990), Luka Memanjang (1992), Tujuh Dosa Mematikan (1994), Benyal (1990),Orasi Kota Santri (1996), Puisi Panjang Manusia Sepi (2003).

Beberapa karya pementasannya tak terhitung jumlahnya. Yang sempat terekam, yaitu JKLA (Blitar 1992), JKLA (Batu-Malang, 1989), Rayap Rayap (Kediri, 1990), Benyal (Surabaya, 1990), Pasar Bubrah (Surabaya, 1991) Kapai-Kapai (Jombang, 1986 dan 1992), Kocak Kacik (Jombang, 1990), Nyonya Aoi (Malang, 1990), Orasi Kota Santri ( Drama Kolosal 750 pemain, 1996), Orasi Anak Zaman (Drama Kolosal 1500 pemain, 1996), Makam Bisu (Bandung, 1996), Dokter Gadungan (Jombang, 1994), Nol (Jombang, 1995), sebagai aktor lakon Julius Caesar (Jombang-Surabaya- Malang-Jember, 2002), Semar Gugat (Jombang, 2001), Puisi Panjang Manusia Sepi (Yogyakarta, 2003), San Pek Eng Tay (Jombang, 2005), Kapai-Kapai (Jombang dan Surabaya 2006).

Dalam bidang Penelitian, beberapa karya telah dihasilkannya, meliputi: Eksistensialisme Putu Wijaya (1986), Revitalisasi Besutan (1998, Pesan Profetik Arifin C. Noer (1998), Aspek Mantifact dan Sosiofact Serat Jaka Sabar (2000),Serat Joko Sabar: Sebuah Kajian Filologis (2001), Revitalisasi Wayang Topeng Jati Duwur (2004), Revitalisasi Sandur Manduro (2005). Sekarang sedang menyipkan penelitian terbarunya yakni Melacak Sejarah Berdirinya Kota Jombang bersama tim peneliti dari UGM.

Alumnus Pascasarjana (Program S-2, BKU Filologi), Universitas Padjajaran Bandung ini, aktif juga dalam bidang pendampingan teater pelajar di Jombang dan seorang perintis/pelopor pertumbuhan dan perkembangan teater se Jombang. Seain itu, dia aktif diundang sebagai pengamat kesenian dan sebagai pembicara dalam kegiatan workshop dan diskusi dalam berbagai peristiwa kebudayaan. Sekarang bekerja sebagai guru/dosen sembari nyambi sebagai pemulung manuscript dan cerita-cerita lisan/puisi rakyat yang berkembang di kota Jombang. HP 0888 53 04 497.





Terima Kasih Kepada
Allah SWT. Muhammad SAW. Keluarga besar Komunitas Tombo Ati. Juga istri dan suami. Anak-anak kami. Keluarga Besar SDN Jombatan V Jombang, Kantor Parbupora Jombang, Mas Jalal, Mas Dana, HMJ Bina STKIP PGRI Jombang, Neo Rubah, Sansesus SMADA Jombang, Komunitas Teater Jombang, dan Para Donatur yang dengan ikhlas menyukseskan acara ini, serta orang-orang tercinta yang berempati kepada kami yang tak mau disebut namanya.

1 komentar:

ktj mengatakan...

atur aja mam............lo pasti bisa....jo lucu2 po o..... piye kabare........