27/11/08

KONSER GITAR KLASIK JAWADWIPA GUITAR ENSEMBLE

KONSER GITAR KLASIK

JAWADWIPA GUITAR ENSEMBLE

(Rahmat Raharjo, Setyabudi Situmorang, Anton Asmonodento)

Sabtu, 29 November 2008, pkl. 19.30 wib.

Auditorium Fakultas Kedokteran UGM

Jl. Farmako, Sekip Utara, Yogyakarta

Kontribusi penonton @ Rp. 5.000,00



Karta Pustaka bekerjasama dengan Fakultas Kedokteran UGM akan menyelenggarakan konser gitar klasik oleh Jawadwipa Guitar Ensemble (JGE) dari Yogyakarta, menampilkan 3 gitaris muda berbakat dengan prestasi yang cukup prestisius.



Rahmat Raharjo, peraih Grand Prize Spanish Guitar Award 2001, alumni Konservatori Musik Granollers Spanyol, pengajar di Jurusan Musik ISI Yogyakarta, dan pemegang diploma Guitar Performing dari Australian Music Examination Board. Setyabudi Situmorang, alumni Fakultas Pertanian UGM, pengajar gitar di YMI, dan Juara I Pesta Musik Yamaha 2001. Anton Asmonodento, lulus grade VIII Guitar Performing dari Australian Music Examination Board, pengajar gitar di YMI. Ketiganya berpengalaman mengikuti berbagai workshop dan masterclass dari gitaris-gitaris kelas dunia dari Belanda, Jerman, Spanyol, Inggris, Austria, Italia, dan Selandia Baru.



Gitar adalah instrumen musik yang paling populer di Yogyakarta. Dari kaki lima hingga ke ruang-ruang kelas musik, gitar hadir dalam berbagai genre musik, dimainkan dengan cara otodidak, eksperimental, maupun cara yang menuntut teknik dan persyaratan tertentu. Dari musik rakyat, tradisi, pop, hingga klasik, selalu ada repertoar yang menonjolkan atau mengistimewakan gitar. Pendek kata gitar adalah instrumen musik yang mampu melintasi segala ragam musik, dimainkan solo maupun kelompok. Di antara beragamnya musik yang menggunakan gitar, musik klasik pun mempunyai referensi yang panjang, bahkan sejak masa 1700-an hingga di abad XXI kini. Ini menggambarkan betapa gitar mengakar begitu dalam di dunia musik.



Kini tiga gitaris Yogyakarta, akan menghadirkan musik dari abad-abad yang lalu hingga abad XX, yang diciptakan nun di negeri yang jauh, dan di negeri ini. Musik karya Filipo Gragnani, Enrique Granados, Johannes Brahms, Manuel de Falla, Claude Debussy, Isaac Albeniz, Tchaikovsky, hingga Lennon-McCartney, dan Iwan Tanzil akan dihadirkan dalam dentingan gitar mereka yang meragam. Bersama Jawadwipa Guitar Ensemble, penonton akan dibawa melintas jaman, jarak, dan waktu, dari Danza Espagnola No. 2, menuju Ritual Fire Dance dan Golliwogg’s Cake Walk, mencapai Here Comes the Sun dan The Nutcracker Suite sambil ber- Ampar-ampar Pisang hingga Suwe Ora Jamu. Bentang repertoar yang luas untuk sebuah konser musik gitar klasik.



Kontak: Pusat Kebudayaan Indonesia-Belanda “Karta Pustaka”

Jl. Bintaran Tengah 16, Yogyakarta 55151

T. (0274) 383792 F. (0274) 377124 E. kpustaka@indosat. net.id

Lomba Baca Puisi

DEWAN
KESENIAN
BANDA ACEH
( D K B )

mengundang Bapak/Ibu/Saudara (i)/rekan/sahabat, untuk hadir pada:
Jum'at, 28 November 2008,
di Gedung Aceh Community Centre (ACC) Turky, Banda Aceh,
Jam 14.30 WIB
acara:
PEMBUKAAN LOMBA BACA PUISI
PIALA MAJA - 8
SE-NANGGROE ACEH DARUSSALAM.

Atas kehadirannya, kami ucapkan terima ksih setulus-tulusnya.

Salam Mulia;
Pengurus
DEWAN KESENIAN
BANDA ACEH
Zoelfikar Sawang (Ketua)
Saiful Bahri (Sekretaris)

26/11/08

Pentas teater GARASI di hall JF-Jakarta 27&28 November 2008

27,28 November 2008
Pentas Teater GARASI
Di hall The Japan Foundation, Jakarta.
Pk.20:00~21: 00
Gd.Summitmas I lt. 2 Jl. Jend.Sudirman kav.61-62 Jakarta
GRATIS.Terbuka untuk UMUM.

"LAKI-LAKI ITU MENGAKU SEBAGAI JAMAL"
>>ketika pagi itu ia terbangun

Sebuah monoplay oleh : Jamaluddien Latief

Ketika pagi itu ia terbangun dari tidurnya, hari telah bergerak lebih cepat, jalan-jalan bertumbuhan dengan sebegitu sengitnya dan petunjuk-petunjuk arah terpasang dimana-mana seolah-olah setiap orang telah tersesat dimanapun ia berada. sementara jamal mengais-ngais bau tubuhnya, seorang laki-laki yang mengaku sebagai jamal telah berada di sebuah mal membeli sebuah baju baru, seorang laki-laki lain yang juga mengaku sebagai jamal tengah mengantarkan anaknya berangkat sekolah, beberapa orang laki-laki yang semuanya mengaku sebagai jamal sedang mendiskusikan dan menyusun kembali arah hidup mereka masing-masing.

ketika pagi itu ia terbangun, ingatannya mengasingkannya. ia tak lagi mengenalmu juga dirinya sendiri. pikirannya kosong sekosong langit-langit kamar kosong.

ketika pagi itu ia terbangun, diluar sana, seorang laki-laki yang mengaku sebagai jamal tengah menjalani hidupnya.

- Jamaluddin Latif - actor
- Andri Nur Latif - Penulis Naskah
- Ananto "Manteb" Prasetyo - Imaji Visual
- Banjar Tri Andaru - Penata Cahaya
- Risky Summerbee - Penata Suara
- Johan Didik - Manager Panggung
- Darmanto Setiawan - Kru Panggung
Reni Karnila Sari - Produksi

17/11/08

TIKUNGAN IBLIS

PRODUKSI PENTAS KEBAHAGIAAN KELUARGA TEATER DINASTI
'TIKUNGAN IBLIS' Karya Emha Ainun Nadjib
Teater Dinasti-KiaiKanjeng

Hari, Tanggal : Rabu, 19 November 2008
Pukul : 20.00 WIB - Selesai
Tempat : Gramedia Expo Surabaya
Jl. Basuki Rahmat 93-105 Surabaya

Penulis Naskah : Emha Ainun Nadjib
Tim Sutradara : Jujuk Prabowo, Fajar Suharno
Parampara/superviso r/kontributor gagasan: Emha Ainun Nadjib, Indra
Tranggono, Simon Hate, Toto Rahardjo, Fauzie Ridjal
Penata Musik: Bobiet Santoso
Art Director/Multimedia : Ipung Way Ming

Para Pemeran:
Joko Kamto : Smarabhumi/Ibllis
Novia Kolopaking : Siti Majnunah
Novi Budianto : Prawiro
Chithut DH : Prawito
Kumbo : Prawidi
Joko Kusnun : Prawikun
Fajar Suharno : Maula Hasarapala
Bambang Sosiawan : Maula Hajarala
Tertib Suratmo : Maula Jabarala
Untung Basuki : Maula Makahala
Jujuk Prabowo : Khabal
Jijit : Khabil
Para Tapel-tapel : Jemek Supardi, Agung Gareng, Toro Marhen,
Irfan, Whieka M, Rina, Delvi, Delina, Riska, Ve, Shelly, Ratri
Pemain Anak-anak : Hayya, Jembar, Dimas, Tido, Lintang, Krisna

PARA PEMUSIK:
Joko SP, Jijit, Yoyok, Bayu, Giyanto, Ardani, Pak Is, Bobiet,
Islamiyanto, Ari Blothong, Imam

HTM VIP: Rp.100.000, Lesehan: Rp.50.000
Info Tiket HuB : 031 721 51 221

FESTIVAL KAMPOENG TOEGOE

Kompleks Gereja Toegoe, Sabtu 15 November 2008, 10.00-14.00 WIB

Menampilkan Pameran Foto Etnografi Masyarakat Kampung Tugu dan Penampilan Khusus Kerontjong Toegoe dan Kesenian Portugis dan Timor Leste

Dihadiri oleh Para Duta Besar Empat Negara Sahabat yang berbahasa Portugis (Portugal, Brasil, Mozambik, Timor Leste) dan dibuka oleh Gubernur DKI Jakarta

Informasi: yayasan.fkai@ gmail.com, 021-32726386

Lokasi: Kompleks Gereja Tugu merupakan Cagar Budaya yang berada di Jl. Raya Tugu, Kelurahan Semper Utara, Jakarta Utara. Menuju kesana (kalau dari Tol, turun di Plumpang, puter balik kanan, lalu belok kiri masuk ke jalan masuk Plumpang, lalu saat ada pertigaan ambil yang kiri. Jalan raya Tugu biasanya dipadati oleh Truk-truk kontainer yang sedang parkir.

Press Release/Introductio n:

KAMPUNG Â TUGU
Jejak Portugis di Jakarta
Â
           Orang Tugu adalah  warga asli Kampung Tugu di daerah Kelurahan Tugu Utara, Kecamatan Koja, Jakarta Utara. Mereka telah hidup di sana selama lebih dari tiga setengah abad, sejak pertengahan abad ke-17, saat Jakarta masih disebut Batavia dan menjadi kota pusat kekuasaan perusahaan dagang Belanda di Hindia Timur (VOC). Â
           Nenek moyang orangTugu adalah orang Portugis yang berasal dari Malaka. Mereka dibawa ke Batavia sebagai tawanan perang setelah pasukan VOC merebut kota pelabuhan di Semenanjung Melayu itu dari tangan Portugis  pada 1641.
           Menurut catatan sejarah, tawanan perang yang diangkut pulang ke Batavia dari Malaka ketika itu berjumlah 23 keluarga atau 150 jiwa. Sebagian besar merupakan orang-orang berdarah campuran, hasil perkawinan lelaki Portugis dengan perempuan lokal asal berbagai daerah koloni Portugis di Asia, seperti Malabar, Kalkuta, Surat, Pantai Koromandel, Goa, dan Ceylon (Sri Lanka), serta dari Malaka sendiri.
           Di Batavia, mereka dimukimkan oleh Kompeni Belanda di daerah Tugu, sekiar 20 kilometer sebelah tenggara kota pelabuhan itu. Tugu ketika itu masih berupa kawasan hutan dan rawa-rawa yang merupakan sarang nyamuk malaria dan berbagai sumber penyakit lain. Di sana mereka berusaha bertahan hidup dengan berburu binatang liar, menangkap ikan, dan mengumpulkan hasil hutan.Â
           Setelah memeluk agama Kristen Protestan, agama resmi Kerajaan Belanda, mereka yang awalnya beragama Katolik dibebaskan dari status sebagai tawanan perang. Itu sebabnya, mereka lalu juga disebut de mardijkers atau orang merdeka.  Sebuah gereja dibangun bagi mereka yang juga telah bersedia menghapus nama-namakeluarga Portugis, dan menggantinya dengan nama-nama Belanda.  Â
           Populasi orang Kampung Tugu kini diperkirakan sekitar 1.200 jiwa. Kurang-lebih separuhnya, yakni 600 orang, masih tinggal dan bekerja di Kampung Tugu, terutama di sekitar gereja tua mereka.    Â
           Sekitar 500 orang Tugu lainnya kini tinggal di Belanda. Mereka adalah keturunan orang-orang Tugu yang pada tahun 1950 melakukan eksodus ke Hollandia (Jayapura, Papua), sebelum kemudian bemigrasi ke Belanda lewat Suriname . Sisanya yang sekitar 100 orang saat ini bermukim tersebar di berbagai daerah lain di Indonesia, termasuk di Jayapura.
           Di mana pun mereka berada, orang-orang Tugu merasa bersaudara satu dengan yang lain. Pertautan darah, kesamaan sejarah, serta ikatan kebudayaan merupakan hal-hal yang selalu dapat menyatukan pikiran dan perasaan mereka. Â
           Masyarakat Kampung Tugu kini ikut menjadi bagian dari masyarakat Jakarta yang majemuk. Warisan kebudayaannya yang khas, termasuk musik kroncongnya, bahkan dapat dianggap sebagai bagian dari kekayaan kebudayaan nasional yang tak ternilai harganya.
Â
'Two things are infinite: The Universe and Human Stupidity; and I'm not sure about the universe.'
- Albert EinsteinÂ

Undangan GeMAH 99

Assalamu'alaikum Wr, Wb

Forum Komunikasi Alumni (FKA) ESQ 165 Jakarta Pusat akan mengadakan kegiatan Gerakan Asmaul Husna (GeMAH 99) dan Preview ESQ untuk Majelis Ta'lim dan Masyarakat Umum yang dilaksanakan :

Hari/Tgl : Minggu, 16 November 2008
Tempat : Perpustakaan Nasional
jl. Merdeka Selatan, Jakarta Pusat
Kuota : 150 orang
Biaya : Gratis
Undang seluruh keluarga, saudara, rekan dan tetangga untuk mengikuti kegiatan ini dan gratis.

Hari/Tgl : Selasa, 18 November 2008
Pukul : 08:00 - 10:00
ESQ bersama Pemkot Jakarta Pusat, Telkom, Senayan City, DPRD DKI, Korda Jakpus, SCTV Pundi Amal - akan mengadakan Nonton Bareng Laskar Pelangi (Khusus untuk Guru - 800 orang yang telah di undang Ka Sudin Diknas dan Dikmenti)

Pukul : 10:00 - 12:00
Acara : Preview GeMAH 99

Pukul : 13:30
Acara : Dialog Interaktif dengan DPRD Komisi A, C dan E, DPRD

kami mengharapkan Partisipasi saudara dalam acara tersebut diatas, semoga ini dicatat sebagai perjuangan kita di jalan Allah, Amien

Harap daftar dan konfirmasi ke panitia dengan referensi saya.

salam
Ali Asnawi
0818 084 74 654
021 95703082
Panitia

Ali Asnawi
comex_cyber
http://aliasnawi. blogspot. com
http://profiles. friendster. com/comex

Festival Kethoprak Antar Kabupaten dan Kota 2008 se-DIY

Bagi masyarakat Yogyakarta , kethoprak sudah menjdi kesenian yang sangat digandrungi, baik di pedesaan maupun perkotaan. Untuk itu, perlu kethoprak terus ada upaya untuk melestarikan, mengembangkan, serta menjaga keberadaanya. Selain menjadi sarana yang mampu menghadirkan hiburan, kethoprak, juga mampu memberi pencerahan atas perbagai problematik sosial yang ada ditengah masyarakat saat ini.

Berangkat dari hal diatas itulah Festival Kethoprak Antar Kabupaten dan Kota 2008 se-DIY menjadi penting, sebagai upaya untuk melestarikan kesenian kethoprak. Selain itu, keberadaan Festival Kethoprak ini juga diharapkan mampu menjawab persolan regenerasi pelukan kethoprak yang selama ini menjadi keprihatinan para pelaku dan pencinta kethoprak.

Bondan Nusantara, tokoh ketoprak dan mantan pengurus FKKB adalah salah satu yang merasa prihatin atas degenerasi ketoprak di DIY. Ia khawatir ketoprak akan punah. Untuk itu, dibutuhkan pembibitan dan penyegaran. Festival ketoprak antar pelajar menjadi salah satu jawaban.

Seretnya regenerasi ketoprak di DIY terjadi setelah akhir era 1980-an. Banyak faktor yang jadi kendala: eksternal dan internal. Secara eksternal, di Yogyakarta dan sekitarnya tidak lagi ada tobong (panggung permanen) ketoprak seperti pada era 1960-1980-an.

Pada era tersebut kita bisa menyebut beberapa grup ketoprak yang nobong, antara lain, Ringin Dahana, Kridha Mardi, Sapta Mandala, PS Bayu Gito-Gati dan Sinar Mataram, serta Padmanaba. Akhir 1980-an, Ketoprak Surya Budaya pimpinan aktor Widayat main di Panggung bekas THR (sekarang Purawisata), namun tidak setiap hari.

Hilangnya tobong ketoprak menjadikan para pelaku ketoprak kehilangan media untuk berekspresi, sedangkan para pelaku muda ketoprak kehilangan peluang untuk belajar dan praktik langsung. Harus diakui, tobong ketoprak merupakan "universitas" sekaligus pasar. Di sini, orang digodok kemampuannya sekaligus "menjual" jasa kreatifnya.

Media lain yang hilang adalah tradisi ketoprak di TV. Waktu itu, TVRI Stasiun Yogyakarta aktif memproduksi acara ketoprak yang mampu menyerap para pelaku ketoprak.

Sedangkan faktor internal, lebih terkait dengan tradisi dunia ketoprak itu sendiri yang menggunakan sistem bintang atau pemain yang sudah jadi. Orientasi pada hasil dan bukan pada proses ini juga disebabkan tradisi komersial tanggapan (undangan main). Memasang pemain-pemain muda dianggap pilihan yang riskan. Jika hasilnya kurang memuaskan, si penanggap akan kecewa. Kini, ketika belum ada media panggung yang secara permanen menyajikan ketoprak, tradisi festival diharapkan bisa melakukan regenerasi.

Festival Kethoprak Antar Kabupaten dan Kota 2008 ini sengaja dikemas dalam format sebuah kethoprak garapan, agar diharapkan mampu melahirkan format pemanggungan kethoprak yang lebih baik.

Festival Kethoprak Antar Kabupaten dan Kota 2008 ini, berbeda dengan pelaksanaan tahun-tahun sebelumnya. Jika tahun sebelumnya, peserta dipilih oleh pihak Pemkab/Pemkot yang ada, namun tahun ini peserta lomba melalui tahapan festival antar kecamatan dahulu. Setelah mampu dilolos ditingkat Kabupaten/Kota, peserta yang juara maju untuk mewakili di tingkat propinsi. Ide ini muncul, sebagi upaya untuk mencari bibit-bibit baru dan usaha menjawab persoalan regenerasi kethoprak di DIY.

Festival Kethoprak Antar Kabupaten dan Kota 2008, direncanakan akan dimulai 18 November 2008, dan berkahir pada 20 November 2008, dan bertempat di Gedung Societed, Taman Budaya Yogyakarta. Acara dimulai pukul 20.00 WIB sampai dengan selesai.

Dalam pelaksanaan Festival Kethoprak Antar Kabupaten dan Kota 2008 ini, Pihak Taman Budaya Yogyakarta, selaku panitya pelaksana, sengaja menghadirkan nara sumber Bondan Nusantara, M. Sugiharto, Mardjijo, Drs. Untung Mulyono, dan Y. Subowo. Adapun dewan juri yang akan menilai nanti Ign. Wahono (Seniman Kethoprak), Indra Tranggono (Budayawan), Drs. Trustho, M.Hum (Seniman Karawitan), Nanang Arizona, S.Sn (Dosen ISI), Hanindawan (Teaterwan Solo).





Salam Budaya



Stage Manager

Festival Kethoprak Antar Kabupaten dan Kota 2008

Agus Setiawan (085228014565)

Undangan Upacara Seren Taun Guru Bumi

Sampurasun!

Sang Rama Kampung budaya Sindangbarang Bogor mengundang anggota
milist untuk menghadiri Upacara Adat Seren Taun Kampung Budaya
Sindangbarang bogor yang akan dilaksanakan pada tanggal 5 januari
sampai dengan 11 Januari 2009.Adapun susunan acaranya sebagai berikut:

5 Januari : Upacara Netepkeun
6 Januari : Ngembang ke makam leluhur
7 Januari : Upacara Sudat dan Ngalage
8 Januari : Sebret kasep
9 Januari : Ngukuluan dan Tausiah
10 Januari: Sedekah kue, Helaran, Nugel Munding ,Sedekah daging dan
Pagelaran seni Sunda di 2 panggung hiburan
11 Januari: Helaran, Majiekeun pare, Parebut dongdang, Pagelaran Seni
sunda.

Undangan ini terbuka untuk umum, bilamana ada yang berminat untuk
datang bisa registrasi melalui email maki_sumawijaya@ cbn.net.id Acara
ini tidak dipungut biaya.

Demikian undangan ini disampaikan atas perhatiannya Saya ucapkan
terimakasih

Sampurasun
Sang Rama

Maki Sumawijaya

Undangan Pembukaan Pameran Foto : 100 x Prancis Fotografi Prancis cikal bakal masa kini

Bulan Foto 2008



Sejak diciptakan pada tahun 1980 oleh Rumah Fotografi Eropa, Bulan Fotografi telah memberikan kontribusi besar menjadikan Paris sebagai salah satu pusat fotografi terbesar. Berlangsung di bulan November, setiap dua tahun, dan menekankan pentingnya mobilisasi institusi budaya dan galeri-galeri di Paris. Pameran, workshop, diskusi, film, dll menjadi kekayaan Bulan Fotografi yang setiap kalinya fokus pada tema tertentu.

Pada tahun 2004, untuk pertama kalinya Bulan Fotografi mengembangkan dimensi Eropa melalui Bulan Foto Eropa, sebuah acara yang lahir dari keinginan untuk menciptakan sebuah jaringan pertukaran Eropa dan kolaborasi yang inovatif bagi fotografi. Diawali dengan Berlin dan Wina, jaringan ini meluas hingga sekarang di Bratislava, Moskow, Roma dan Luxembourg. Konsep bulan fotografi juga diekspor ke dunia sejak beberapa tahun belakangan dan di Asia, Bangkok, Singapura… dan sekarang dalam bulan foto 2008 Yogyakarta mendapatkan kehormatan untuk memerkan pameran 100 x FRANCE yang pertama kali di Indonesia.



Exposition 100 x FRANCE

Photographies françaises des origines à aujourd’hui



Pameran 100 x Prancis

Fotografi Prancis cikal bakal masa kini





Srisasanti Gallery (Jl Palagan Tentara Pelajar 52A)

19-30 November 2008 : (11.00-22.00) : GRATIS



@ Henri Cartier-Bresson



Pembukaan oleh Fabrice Mini, General Manager, Novotel Yogyakarta

18 November 2008 - 19.30



Dengan selingan nyanyian oleh Marie-Laure Frinzi (opera)-Antoine Morise (Piano) dan Accapella Mataraman

Fotografer-fotograf er yang tergabung dalam pameran 100 X France :



BERNARD PLOSSU, FRANK HORVAT, NICEPHORE NIEPCE, AGNES VARDA, BERTRAND LAVIER, MEURISSE, GILLES CARON, DENISE COLOMB, AUGUSTE-HIPPOLYTE COLLARD, MAURICE GUIBERT, ACHILLE QUINET, COMTE OLYMPE AGUADO DE LAS MARISMAS, GUSTAVE LE GRAY, EUGENE DURIEU, ETIENNE-JULES MAREY, COMTE ROBERT DE MONTESQUIOU- FEZENSAC, ALPHONSE-JUSTIN LIEBERT, FELIX-JACQUES- ANTOINE MOULIN, CHARLES AUBRY, PAUL BERTHIER, EDGAR DEGAS, ANDREE KERTESZ, MARTINE FRANCK, RAYMOND DEPARDON, HENRI CARTIER-BRESSON, ALBERT PEIGNOT, JANINE NIEPCE, RENE JACQUES, ADRIEN TOURNACHON & FELIX NADAR, LOUIS ADOLPHE HUMBERT de MOLARD, ETIENNE CLEMENTEL, LOUIS PHILIPPE - DUC d’ORLEANS, CHARLES NEGRE, CONSTANT PUYO, HENRY Frères, CONSTANTIN BRANCUSI, MARCEL DUCHAMP, DORA MAAR, CLAUDE CAHUN, ELI LOTAR, LUCIEN LORELLE, RAOUL UBAC, HIPPOLYTE BAYARD, FELIX NADAR, PIERRE LOUIS PIERSON, THEOPHILE FEAU, PIERRE BONNARD, BERNARD FAUCON, JACQUES-HENRI LARTIGUE, JEAN-MARC BUSTAMANTE, NEURDEIN Frères, SEEBERGER Frères, EUGENE CUVELIER, LOUIS CAMILLE D’OLIVIER, LOUIS-AUGUSTE & AUGUSTE-ROSALIE BISSON, LOUIS JEAN DELTON, LOUIS-ADOLPHE- EUGENE DISDERI, PIERRE-AMBROISE RICHEBOURG, ANDRE GARBAN, ETIENNE NEURDEIN & LOUIS ANTONIN NEURDEIN, AUGUSTE-HIPPOLYTE COLLARD, EUGENE ATGET, CHARLES MARVILLE, DELMAET et DURANDELLE, ADOLPHE BRAUN, MAN RAY, CONSTANT FAMIN, MAURICE TABARD, FLORENCE HENRI, MAURICE GUIBERT, JEAN-LOUP SIEFF, GEORGES ROUSSE, PATRICK TOSANI, ROBERT DOISNEAU, VALERIE BELIN, VALERIE JOUVE, GUILLAUME DUCHENNE DE BOULOGNE, LEOPOLD-ERNEST MAYER & PIERRE LOUIS PIERSON, PHILIPPE REGNIER, DUC DE MASSA, ALEXANDRE FERRIER, ADOLPHE BRAUN, ALPHONSE BERTILLON, RENE BARTHELEMY, FRANK PERRIN, BRASSAÏ, SABINE WEISS, Dr G. RAVIART, GEORGES TAIRRAZ II.